Thursday, April 2, 2020

MUKJIZAT AL-QUR’AN



DI SUSUN OLEH
FAUZAN MAULANA

PENDAHULUAN
Al-Qur’an bagi kaum Muslimin adalah verbum dei (Kalam Allah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Jibril selama kurang lebih dua puluh tiga tahun, dan ia juga adalah satu-satunya kitab suci yang abadi di sepanjang zaman, karena firman-firman-Nya sepenuhnya benar dan sempurna, maka ia tidak mungkin terbatas oleh zaman. Oleh karena itu, Al-Qur’an selain merupakan kitab suci, ia juga merupakan mu’jizat yang terbesar bagi Nabi Muhammad SAW dan tidak tertandingi sampai saat ini, yang di mata sejumlah pengamat Barat sebagai suatu kitab yang sulit difahami dan diapresiasi. Bahasa, gaya, dan aransemen kitab ini pada umumnya telah menimbulkan masalah khusus bagi mereka.

Mengkaji masalah kemu’jizatan Al-Qur’an merupakan suatu hal yang cukup sulit, karena hakikat mu’jizat itu sendiri tidak dapat dipahami melalui penekatan ilmiah, dan hanya dapat difahami serta diterima melalui pendekatan iman, di samping Al-Qur’an secara terus-menerus menantang semua ahli kesusastraan Arab supaya mencoba ditandingi. Namun tidak seorang pun yang mampu menjawab tantangan Al-Qur’an. Mereka bahkan tidak sanggup menirunya, karena Al-Qur’an memang berada di atas puncak yang tidak mungkin diungguli. Dan Al-Qur’an memang bukan kalimat manusia. Namun demikian, usaha untuk memahami kemu’jizatan Al-Qur’an itu adalah salah satu cara untuk memahami keagungan dan keistimewaan Al-Qur’an, bahkan keotentikannya. Dalam konteks itulah, maka kemu’jizatan al-Qur’an tidak perlu diperdebatkan lagi.

Namun demikian, apa sajakah aspek-aspek kemu’jizatan Al-Qur’an dan apakah kemu’jizatan itu meliputi seluruh bagian dari al-Qur’an atau sebagiannya saja dan apa sajakah jalan-jalan kemu’jizatan Al-Qur’an itu.[1]

PEMBAHASAN
Kata mu’jizat secara etimologi diderivasi dari kata (   ), yang berarti “menjadikan lemah” atau “tidak berkuasa”. Pengertian mu’jizat dipahami bila pelaku (mu’jiz) mampu melemahkan kemampuan pihak lain, tambahan (  ) tã marbuthah pada akhir kata itu mengandung makna mubãlaghah (superlatif), sehingga secara terminologi, mu’jizat merupakan:

“Sesuatu yang dapat melemahkan manusia baik secara individu maupun kelompok untuk membuat semisalnya, atau sesuatu yang menyalahi adat kebiasaan dan menyalahi hukum sebab adat, yang diciptakan Allah bagi orang-orang yang menyakiti Nabi, sebagai saksi atas kebenaran kenabiannya”.

Sementara menurut Quraish Shihab, mu’jizat adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada orang yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal yang serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut.[2]

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa mu’jizat merupakan ciptaan Allah, kejadian luar biasa, yang diberikan kepada Nabi dan mengandung tantangan. Tantangan ini merupakan salah satu pembeda antara mu’jizat dengan karomah. Kata mu’jizat itu sendiri tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Namun untuk menerangkan mu’jizat, al-Qur’an menggunakan istilah âyât atau bayyinât. Baik ayat atau bayyinat mempunyai dua macam arti. Yang pertama artinya perkabaran Ilahi, yang berupa ayat-ayat suci al-Qur’an (Q.S. 3: 252, 3: 118, 6: 4, 10:7, 2: 159, 3: 86, 10: 150). Sedangkan yang kedua artinya mencakup mu’jizat atau tanda bukti (Q.S. 3: 49, 7: 126, 40: 78, 7: 105, 16: 44 dan 20: 72).

Pada umumya mu’jizat para Nabi dan Rasul itu berkaitan dengan masalah yang dianggap mempunyai nilai tinggi dan diakui sebagai suatu keunggulan oleh masing-masing umatnya pada masa itu. Misalnya zaman Nabi Musa As adalah zaman keunggulan tukang sihir, maka mu’jizat utamanya adalah untuk mengalahkan tukang sihir tersebut (Q.S. 7: 103-126, 20: 57-73, dan 26: 30-51). Zaman Nabi Isa As adalah zaman kemajuan ilmu kedokteran, maka mu’jizat utamanya adalah menyembuhkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh pengobatan biasa, yaitu menyembuhkan orang buta sejak dalam kandungan dan orang yang berpenyakit sopak, serta menghidupkan orang yang sudah mati (Q.S. 3: 49, 5: 110), dan zaman Nabi Muhammad adalah zaman keemasan kesustraan Arab, maka mu’jizat utamanya adalah Al-Qur’an, kitab suci yang ayat-ayatnya mengandung nilai sastra yang amat tinggi, sehingga tidak seorang manusia pun dapat membuat serupa dengan Al-Qur’an.

Mu’jizat Nabi Muhammad saw. memiliki kekhususan sendiri dibandingkan dengan mu’jizat nabi-nabi lainnya. Semua mu’jizat sebelumnya dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya hanya diperlihatkan kepada umat tertentu dan masa tertentu. Sedangkan mu’jizat Al-Qur’an bersifat universal dan eternal (abadi), yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir zaman. Hal ini karena mu’jizat Nabi Muhammad saw. di masa kebangkitan ratio adalah mu’jizat akal yang dibutuhkan oleh umat manusia untuk selama-lamanya, dapat mengatasi ilmu-ilmu orang yang hidup di zamannya.[3]

Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru oleh para sastrawan Arab sekalipun, karena adanya susunan yang indah yang berlainan dengan setiap susunan dalam bahasa Arab. Mereka melihat Al-Qur’an memakai bahasa dan lafadz mereka, tetapi ia bukan puisi, prosa atau syair.

Sejarah telah mencatat bahwa Al-Qur’an turun di tengah-tengah bangsa Arab yang menggunakan sastra, adalah suatu kebanggaan bila ada diantara mereka terdapat seorang penyair dan sastrawan yang mampu merangkai kata-kata yang indah. Maka setiap tahun didakan perlombaan syair, dan syair yang terpilih ditulis dengan tinta emas lalu digantungkan di dinding Ka’bah yang dikenal dengan Mu’allaqah. Dan Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah yang merupakan penuntun bagi umat manusia, dan bukan merupakan karya sastra, namun begitu Al-Qur’an diungkapkan baik dalam tuturan lisan ataupun tertulis. Namun, syair atau prosa yang mereka buat tidak mampu mengungguli ayat-ayat yang dikandung Al-Qur’an.[4]

Al-Qur’an tampil dengan bahasa sastra yang tinggi yang tidak tertandingi oleh hasil-hasil sastra yang ada sebelum dan sesudahnya, di saat bahasa Arab telah berdiri tegak di hadapan para ahli bahasa dengan sikap menantang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh al-Qur’an berikut ini.
a.       Menantang untuk membuat semacam Al-Qur’an secara keseluruhan.(Q.S: 52: 34).
b.      Menantang untuk membuat sepuluh surat Al-Qur’an. (Q.S: 11: 13).
c.       Menantang untuk membuat satu surat saja semacam Al-Qur’an. (Q.S: 10: 38 dan Q.S: 2: 23).

I’jaz Al-Qur’an di segi bahasa ini, adalah bahwa al-Qur’an turun dengan bahasa yang indah lagi menawan yang mengandung ciri khas tinggi yang tidak terdapat pada kalangan apapun dan sastra manapun di kalangan kafilah Arab. Doktrin kemu’jizatan Al-Qur’an, tidak hanya pada isi, melainkan juga pada bentuk kesusastraan, secara umum terdapat pada hampir semua mazhab-mazhab Islam, dan telah mendapatkan suatu kedudukan dan pengakuan penting dalam berbagai bentuk penuturan dengan perhatian khusus terhadap hal itu.[5]

Sebagai mukjizat yang universal dan eternal, beberapa segi kemukjizatan yang dimiliki Al-Qur’an adalah:
1.      Susunan yang indah, berbeda dengan setiap susunan yang ada dalam bahasa orang Arab.
2.      Adanya uslub yang aneh yang berbeda dengan semua uslub-uslub bahasa Arab.
3.      Sifat agung yang tidak mungkin lagi seorang makhluk untuk mendatangkan hal yang seperti itu.
4.    Bentuk undang-undang yang detail lagi sempurna yang melebihi setiap undan-undang buatan manusia.
5.      Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak biasa diketahui kecuali dengan wahyu.
6.      Tidak bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang dipastikan kebenaranya.
7.      Menepati janji dan ancaman yang dikabarkan Al-Qur’an.
8.      Adanya ilmu-ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya.
9.      Memenuhi segala kebutuhan manusia.
1.  Berpengaruh kepada hati pengikut dan musuh.[6]

Uslub yang dipergunakan Al-Qur’an sangat mudah dan indah hal itu membuat orang-orang Arab dan Non Arab kagum dan terpesona. Kehalusan bahasa, keanehan yang menakjubkan dalam ekspresi, ciri-ciri khas Balaghah dan fashahah baik yang abstrak maupun yang kongkrit,dapat mengungkapkan rahasia keindahan dan kekudusan Al-Qur’an. Barang siapa mampu menggali rahasia balaghah Al-Qur’an itu, maka dia akan biasa mengeluarkan khazanah kandunganya.

Uslub Al-Qur’an yang menakjubkan itu mengandung beberapa keistimewaan, diantaranya:
1.        Kelembutan Al-Qur’an secara lafhizah yang terdapat dalam susunan suara dan keindahan bahasanya.
2.        Keserasian Al-Qur’an baik untuk awam maupun kaum cendekiawan dalam arti bahwa semua orang dapat merasakan keagungan dan keindahan Al-Qur’an.
3.        Sesuai akal dan perasaan,dimana al-Qur’an memberikan doktrin pada akal dan hati, serta merangkum kebenaran dan keindahan sekaligus.
4.        Keindahan sajian Al-Qur’an serta susunan bahasanya, seolah-olah merupakan suatu bingkai yang dapat memukau akal dan memusatkan tanggapan serta perhatian.
5.        Keindahan dalam liku-liku ucapan atau kalimat serta beraneka ragam dalam bentuknya, dalam arti bahwa satu makna diungkapkan dalam beberapa lafaz dan susunan yang bermacam-macam yang semuanya indah dan halus.
6.        Al-Qur’an mencakup dan memenuhi persyaratan antara bentuk global dann bentuk terperinci.
7.        Dapat mengerti sekaligus dengan melihat segi yang tersurat.[7]

Gaya bahasa dan untaian kata Al-Qur’an bebas sepenuhnya dari belenggu sejak dan segala bentuk kaidahnya yang harus diindahkan dalam pengubahan syair Arab.Dengan demikian, susunan kalimat dan gaya bahasa Al-Qur’an bebas pula dari tujuan yang umum dikenal dalam syair-syair dan sajak-sajak.

Bersamaan dengan itu irama puitik yang terdapat dalam rangkaian-rangkaian kata itu sendiri menciptakan pemisah kalimat yang berpola serupa dan yang tidak memerlukan bentuk-bentuk tertentu yang lazim mengikat susunan syair dan sajak. Dengan demikian, gaya bahasa Al-Qur’an mencakup semua bentuk puisi dan prosa.

C.      Kemu’jizatan Al-Qur’an dari Aspek Syariah
Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama dan sarat akan hukum yang mengatur kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan semua ciptaan-Nya. Jadi hukum Islam yang mencangkup di bidang aqidah, pokok-pokok akhlaq, ibadah dan perbuatan dapat dijumpai sumbernya yang asli di dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Keunggulan dan kemu’jizatan al-Qur’an di bidang ini karena syari’at yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah syari’at yang sempurna dan tinggi melebihi dari syari’at-syari’at yang terdapat pada kitab-kitab terdahulu. Al-Qur’an berisi pokok-pokok aqidah, hukum-hukum ibadah, dasar-dasar utama etika, politik dan sosial kemasyarakatan. Al-Qur’an mengatur cara bermasyarakat yang baik serta meletakkan dasar-dasar kemanusiaan yang lebih lurus dan murni.[8]

Hal ini tergambar dari cara Al-Qur’an dalam menetapkan hukum, di antaranya:
1.        Secara Mujmal
Kebanyakan urusan ibadah, diterapkan secara mujmal. Cara yang dipergunakan Al-Qur’an dalam menghadapi soal ibadah ini ialah dengan menerangkan pokok-pokok hukum saja. Demikian pula halnya tentang mu’amalat badaniyah, Al-Qur’an hanya mengemukakan pokok-pokok dan kaidah-kaidah saja. Perincian dan penjelasan hukum-hukum itu diserahkan pada sunnah dan ijtihad para mujtahid.

2.        Agak Jelas dan Terperinci
Hukum-hukum yang diterangkan jelas dan agak terperinci ialah hukum jihad, undang-undang perang, hubungan umat Islam dengan umat lain, hukum-hukum tawanan dan rampasan perang. Ayat yang menjelaskan dasar hukum berjihad seperti di bawah ini.
(Q.S. At-Taubah [9]: 41):
Artinya: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” 

3.        Jelas dan Terperinci
Hukum-hukum yang jelas dan terperinci adalah masalah:
a.       Hutang Piutang
Al-Qur’an menganjurkan untuk bersaksi ketika mengadakan jual beli dan hutang piutang. Firman Allah:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 282).

b.      Makan Makanan yang Halal dan Haram
Dalam urusan pergaulan sesama insan, al-Qur’an mengharamkan memakan harta orang lain dengan cara yang tidak sah sesuai dengan firman Allah:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil kecuali dengan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.” (Q.S. An-Nisâ’ [4]: 29)

c.       Sumpah
Al-Qur’an secara jelas menerangkan hal-hal mensyari’atkan sumpah sesuai dengan firman Allah:
Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan dunia, karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan bagimu azab yang besar.” (Q.S. An-Nahl [16]: 94).

d.      Memelihara Kehormatan Wanita
Hukum yang disyari’atkan untuk memelihara kehormatan wanita, terdapat dalam Q.S. Al-Ahzâb: 59 dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan hal ini:
Artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istri mu, anak anak perempuan dan istri-istri orang mukmin:’’Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’’Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal,karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah maha pengampun dan penyayang.” (Q.S. Al-Ahzab [33]:59).
e.     Perkawinan
Keterangan tentang masalah perkawinan terdapat dalam firman Allah:
Artinya: “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruknya jalan yang ditempuh.” (Q.S. An-Nisa’[4]:22)

D.      Kemu’jizatan al-Qur’an dan Aspek Ilmu
Segi lain dari kemu’jizatan al-Qur’an, adalah isyarat-isyarat yang rumit terhadap sebagian ilmu pengetehuan alam telah disinggung Al-Qur’an sebelum pengetahuan itu sendiri sanggup menemukanya. Juga kemudian terbukti bahwa Al-Qur’an sama sekali tidak bertentangan dengan penemuan-penemuan mutakhir yang didasarkan pada penelitian ilmiyah.

Mengkaji kemu’jizatan Al-Qur’an dari segi ilmu bukan berarti Al-Qur’an dianggap kitab ilmu. Al-Qur’an bukan buku psikologi, bukan eksak maupun fisika, tetapi kitab hidayah dari irsyad, kitab tasryi’ dan ishlah. Namun demikian ayat-ayatnya memuat isyarat-isyarat yang cukup dalam dan pelik dalam soal psikologi, kedokteran dan antropologi, yang mana hal tersebut menunjukkan keberadaannya sebagai mu’jizat dan wahyu Allah.[9]

Al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia, yang isinya sarat dengan ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an juga membicarakan isyarat ilmiah dan ilmu Kawniyah seperti konsep-konsep dasar biologis, budaya tanaman, kegunaan air bagi kehidupan dan spesies, serta membicarakan fenomena-fenomena geologi dan reproduksi.

Al-Zakarniy menyebutkan lima bentuk kemu’jizatan al-Qur’an dari aspek ilmu, yaitu:
1)        Ilmu kauniyah tunduk kepada undang-undang yang telah ditetapkan. Al-Qur’an adalah kitab hidayah dan i’jaz. Dengan demikian al-Qur’an tidak membicaran hakikat ilmu alam, bintang dan kimia.
2)        Al-Qur’an menganjurkan umat manusia untuk meneliti, menganalisa dan mengambil manfaat serta pelajaran dari ilmu kauniyah ini.
3)        Al-Qur’an menjelaskan bahwa alam tunduk pada kehendaknya.
4)        Al-Qur’an menjelaskan bahwa alam adalah ruang lingkup hidayah, membicarakan rahasia langit dan bumi, apa yang tersembunyi di daratan dan di bumi dan sebagainya.
5)        Uslub yang digunakan Allah swt. dalam mengungkapkan tentang ayat kauniyah adalah dengan uslub yang indah.[10]

Dan berikut ini adalah sebagian tentang pembuktian ilmiah:
1)        Kesatuan Alam
Teori ilmu pengetahuan modern telah membuktikan bahwa bumi adalah salah satu dari sekumpulan planet yang telah memisah darinya dan membeku sehingga cocok untuk dihuni oleh manusia.Teori ini didukung oleh adanya gunung berapi yang memuntahkan lahar panas. Teori ini tepat sekali dengan firman Allah:

Artinya: “Tidaklah orang-orang kafir tahu,bahwa beberapa langit dan bumi adalah keduanya bersatu,lalu kami belah keduanya? Kami jadikan tiap-tiap sesuatu yang hidup dari air.Tidakkah mereka percaya?” (Q.S. Al-Anbiya’[21]:30).

2)        Terjadinya Perkawinan dalam Tiap-tiap Benda
Orang berkeyakinan bahwa perkawinan itu berlaku pada dua jenis, yaitu manusia dan hewan. Kemudian datang ilmu pengetahuan modern dan menetapkan bahwa perkawinan itu terjadi pula pada tumbuhan-tumbuhan, dan benda-benda (mati). Bahkan pada tiap-tiap benda yang ada di alam ini, juga terjadi perkawinan. Sampai pada listrik sekalipun ada pasangan min dan plus. Demikian pula atom, terdapat proton dan netron, yang masing-masing diistilahkan sebagai laki-laki dan wanita. Penemuan sebenarnya telah didahului al-Qur’an dalam banyak ayat seperti dalam surat Al-Syu’ara [26]: 70, Yasin [36]: 36, dan Al-Zariyat[51]: 49, contoh ayat di bawah ini:
Artinya: “Tiap-tiap sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan (jantan dan betina), mudah-mudahan kamu menerima peringatan.” (Q.S. Al-Zariyat [51]: 49)

3)        Perbedaan Sidik Jari Manusia
Pada abad yang silam, tepatnya di Inggris tahun 1884 M telah digunakan cara untuk mengenali seseorang lewat sidik jarinya. Kemudian cara ini diikuti pula oleh setiap negara. Karena disebabkan bahwa kulit jari-jari memiliki garis-garis berbeda-beda bentuknya, dan garis-garis itu tidak akan berubah. Berbeda dengan garisgaris tubuh yang lainnya. Tidak ada yang hampir sama atau serupa. Sungguh itu pun suatu mu’jizat Tuhan, mengapa Allah memilih jari-jari manusia buat dalil kebangkitan nya? Allah berfirman:
Artinya: “Adakah manusia mampu mengira bahwa kami tidak akan mengumpulkan tulang-tulangnya? Ya, kami kuasa mengembalikan semua jari-jarinya (mesti kecil-kecil).” (Q.S. Al-Qiyamah[75]: 3-4).

4)        Berkurangnya Oksigen
Sejak manusia mampu menyeruak ruang angkasa dengan pesawat, maka pengamatan dan penelitian para ilmuan telah sampai pada kesimpulan bahwa di angkasa oksigen berkurang. Manakala seorang penerbang meluncur tinggi ke angkasa, dadanya terasa sesak dan sulit bernapas. Oleh karenanya para penerbang harus memakai “oksigen buatan” saat mereka terbang dalam ketinggian 30.000 kaki lebih. Penemuan ini sebenarnya telah disinggung oleh Al-Qur’an jauh sebelum manusia melakukan penerbangan, yaitu:
Artinya: “Barang siapa yang Allah kehendaki, Allah akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang di kehendaki Allah kesesatan nya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia sedang naik ke langit.” (Q.S.Al-An’am [6]:125).

5)        Khasiat Madu dan Daftar Istilah
Dari hasil penelitian laboratorium USA, bahwa dalam 100 Gr madu terkandung: zat glucose 34%, fructose 1,9%, sucrose 40%. Zat gula glucose dan fructose ini langsung diserap oleh usus tanpa proses lagi. Mineral kalsium sebagai pembentuk tulang dan gigi, lain sebagainya. Teori modern tentang madu sesuai dengan ayat dibawah ini:
Artinya: “Dari perut lebah itu keluar minuman, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat (kebenaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (Q.S. al-Nahl [16]: 68).

PENUTUP
Demikianlah diantara kandungan mu’jizat ilmi Al-Qur’an hasil penelitian kemampuan akal manusia yang cuma diberi setetes ilmu pengetahuan oleh Yang Maha Mengetahui. Seluruh fakta-fakta yang sesuai dengan penemuan ilmiyah tersebut, walaupun demikian, belum pernah diketahui atau dapat dipahami ketika wahyu tersebut diturunkan. Pembuktiannya baru berlangsung lewat sejumlah penemuan ilmiyah yang berlangsung beberapa abad kemudian. Sehingga keterangkumannya didalam Al-Qur’an sekaligus menunjukkan bahwa kitab tersebut berasal dari Ilahi, dan bukan buatan manusia. Asal-usul yang Ilahiyah ini, akhirnya juga semakin diperkuat oleh ketepatan rincian fakta-fakta ilmiyah.

Sebagai kitab yang mengandung hidayah dan sekaligus merupakan mu’jizat, Al-Qur’an merupakan sumber informasi, perpaduan yang dalam antara balaghah dan corak bayan yang mempesona namun, dalam hal irama dan lagu Al-Qur’an berlainan nada dan langgamnya. Itulah Al-Qur’an, yang setiap lafadznya adalah kebenaran, yang diajarkan adalah petunjuk, yang digambarkan adalah lukisan kehidupan yang terindah dan setiap ia dibaca tak ada satu lirik lagupun yang menyerupai yang pernah terdengar.

Itulah Al-Qur’an, yang memiliki landasan epistimologis yang kuat sebagai sumber data yang akurat. Disinilah letak keunikan, kemu’jizatan dan keunggulan Al-Qur’an terhadap berbagai kitab tertulis lain nya. Sebagai mu’jizat, Al-Qur’an memiliki unsur terpenting, yaitu menantang. Dan inilah yang membedakan nya dari kelebihan-kelebihan yang Allah anugrahkan kepada hamba-hambaNya yang lain.



[1] Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, (Jakarta: Forum Kajian Budaya dan Agama,2001), hlm. 1.
[2] M. Quraish Shihab, Mu’jizat al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 23.
[3] Manâ’ al-Quthathân, Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 69.
[4] Al-Munawwar, op, cit. Dan Ahmad von Denffer, Ilmu al-Qur’an dan Pengenalan dasar, (Jakarta Rajawali Pers, 1988), hlm. 176.
[5] Fazlur Rahman, Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 62.
[6] Al-Munawwar, op. cit., hlm. 32-33
[7] Ibid
[8] M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an,( Bandung: Mizan, 1997), hlm. 28.
[9] Al- Munawwir, op. cit., hlm. 43.
[10] Al-Zarqaniy, op. cit., hlm. 245.