ORGANISASI - ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
Budi
Utomo lahir dari inspirasi yang dikemukakan oleh Ngabehi Wahidin Soedirohusodo, seorang dokter Jawa dan termasuk priayi, dalam tahun
1906-1907. Di saat itu beliau sedang melakukan kampanye di kalangan
priayi di Pulau Jawa. pada akhir tahun 1907, Wahidin bertemu Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Pertemuan
tersebut membahas tentang nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu
dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta
bagaimana cara memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu.
Para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) kebanyakan
hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan. Dalam praktik mereka
pun tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya dengan menarik
pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan dan para
penguasa Belanda.
Para
pemuda mahasiswa itu juga menyadari bahwa mereka membutuhkan sebuah
organisasi untuk mewadahi mereka, seperti halnya golongan-golongan lain
yang mendirikan perkumpulan hanya untuk golongan mereka seperti Tiong
Hoa Hwee Koan untuk orang Tionghoa dan Indische Bond untuk orang
Indo-Belanda. Pemerintah Hindia Belanda jelas juga tidak bisa
diharapkan mau menolong dan memperbaiki nasib rakyat kecil kaum pribumi,
bahkan sebaliknya, merekalah yang selama ini menyengsarakan kaum
pribumi dengan mengeluarkan peraturan-peraturan yang sangat merugikan
rakyat kecil.
Para pemuda itu
akhirnya berkesimpulan bahwa merekalah yang harus mengambil prakarsa
menolong rakyatnya sendiri. Pada waktu itulah muncul gagasan Soetomo
untuk mendirikan sebuah perkumpulan yang akan mempersatukan semua orang
Jawa, Sunda, dan Madura yang diharapkan bisa dan bersedia memikirkan
serta memperbaiki nasib bangsanya. Perkumpulan ini tidak bersifat
eksklusif tetapi terbuka untuk siapa saja tanpa melihat kedudukan,
kekayaan, atau pendidikannya.
Pada
awalnya, para pemuda itu berjuang untuk penduduk yang tinggal di Pulau
Jawa dan Madura, yang untuk mudahnya disebut saja suku bangsaJawa.
Mereka mengakui bahwa mereka belum mengetahui nasib, aspirasi, dan
keinginan suku-suku bangsa lain di luar Pulau Jawa, terutama Sumatera,
Sulawesi, dan Maluku. Apa yang diketahui adalah bahwa Belanda menguasai
suatu wilayah yang disebut Hindia (Timur) Belanda (Nederlandsch Oost-Indie),
tetapi sejarah penjajahan dan nasib suku-suku bangsa yang ada di
wilayah itu bermacam-macam, begitu pula kebudayaannya. Dengan demikian,
sekali lagi pada awalnya Budi Utomo memang memusatkan perhatiannya pada
penduduk yang mendiami Pulau Jawa dan Madura saja karena, menurut
anggapan para pemuda itu, penduduk Pulau Jawa dan Madura terikat oleh
kebudayaan yang sama. Pertemuan tersebut berhasil mendorong didirikannya
organisasi. Pada hari Rabu, 20 Mei 1908 di Btaviatepatnya di salah
satu ruang belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia
menyatakan bahwa hari depan bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka.
Maka lahirlah Boedi Oetomo. Dan kemudian Soetomo ditunjuk sebagai
ketuanya. Tanggal berdirinya Boedi Oetomo hingga saat ini diperingati
oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pada awal
berdirinya hingga bulan Oktober 1908, Boedi Oetomo merupakan organisasi
pelajar dengan pelajar STOVIA sebagai anggota intinya. Tujuan Boedi
Oetomo dituliskan secara samar-samar, yaitu "kemajuan bagi hindia".
Ruang geraknya masih terbatas di Jawa dan Madura dengan tidak membedakan
keturunan,jenis kelamin dan agama. Hingga menjelang kongres pertama
terdapat 8 cabang Boedi Oetomo yaitu Batavia, Bogor, Bandung,
Yogyakarta I, Yogyakarta II, Magelang, Surabaya dan Probolinggo. Setelah
cita-cita Boedi Oetomo mendapat dukungan yang luas dari kalangan
cendekiawan Jawa, kaum pelajar mulai menyingkir dari barisan depan.
Karena para pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai mahasiswa
kedokteran masih banyak, di samping harus berorganisasi. Oleh karena
itu, sebagian dari mereka menginginkan "kaum tua"-lah yang harus
memimpin Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor
yang akan menggerakkan organisasi itu. ketika kongres Boedi Oetomo
berlangsung di Yogyakarta, kongres tersebut mengangkat Tirtokusumo,
Bupati Karanganyar, sebagai ketua baru dan Yogyakarta sebagai pusatnya.
Namun, dalamperkembangannya Tirtokusumo sebagai ketua yang baru lebih
cenderung memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial daripada reaksi
penduduk pribumi. Setelah persetujuan dari pemerintah kolonial sebagai
badan hukum diberikan, diharapkan organisasi Boedi Oetomo akan lebih
melancarkan kegiatannya secara luas. Akan tetapi, yang terjadi malah
sebaliknya, Boedi Oetomo segera menjadi lamban. Hal itu disebabkan
adanya kesulitan keuangan dan banyak Bupati yang sebelumnya menjadi
anggota Boedi Oetomo, mendirikan organisasi sendiri. Perkembangan
selanjutnya merupakan periode yang paling lamban bagi Boedi Oetomo.
Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan Goerge Desa
dan beberapa petisi kepada pemerintah agar meningkatkan mutu sekolah
menengah pertama. Pemerintah kolonial yang mengawasi perkembangan boedi
Oetomo sejak berdirinya dengan penuh perhatian akhirnya pengaruh Boedi
Oetomo terhadap kaum pribumi tidak begitu besar. Ketika Perang Dunia
terjadi pada tahun 1914, ada usaha untuk mengembalikan usaha kekuatan
Boedi Oetomo. Adanya bahaya intervensi pihak asing ke wilayah Indonesia
menjadi alasan bagi bagi Boedi Oetomo untuk mengjukan usul tentang
perlunya wajib militer bagi kaum pribumi. kemudian dikirim misi ke
Belanda oleh komite Indie Weerbaar ( Hindia yang berketahanan ). periode
tahun 1916-1917 merupakan masa yang sangat amat berhasil bagi Boedi
Oetomo. Dwidjosewoyo sebagai wakil Boedi Oetomo dalam misi tersebut
berhasil melakukan pendekatan dengan pemimpin-pemimpin Belanda.Namun,
usulan tentang wajib militer gagal. sebagai gantinya, dikeluarkan
undang-undang tentang pembentukan volksraad(Dewan Rakyat) yang disahkan
pada Bulan Desember 1916. Saat terjadi krisis pada Bulan November 1918
di Negeri Belanda, mereka menuntut perubahan bagi volksraad dan
kebijakan pemerintah kolonial pada umumnya. Oleh karena itu, pada tahun
1919 dibentuk suatu komisi untuk mengadakan penyelidikan perlunya
perbaikan ketatanegaraan. Akhirnya Boedi Oetomo menyadari tentang
perlunya suatu gerakan politik dan menggalang dukungan massa sehingga
unsur-unsur radikal dalam tubuh Boedi Oetomo pun mulai besar
pengaruhnya. akan tetapi, segera setelah itu kebijakanplitik yang ;lebih
kerasdilakukan oleh Gubernur Jendral Mr. D.Fock dan anggaran pendidikan
dikurangi secara drastis. Akibatnya, terjadi perpecahan antara golongan
moderat dan radikal di dalam Boedi Oetomo. Pada tahun 1924, Dr.
Soetomoyang merasa tidak puas dengan Boedi Oetomo mendirikan
Indonesische Studie Club di Surabayayang kemudian berkembang menjadi
Persatuan Bangsa Indonesia(PBI). Sebab utama pembentukan
Indonesische Studie Club adalah Dr. Soetomo dan juga pemimpin
Nasionalislainnya menganggap asas "Kebangsaan Jawa" dan Boedi Oetomo
tidak sesuai lagi. Karena Boedi Oetomo tidak pernah mendapatkan dukungan
massa, kedudukannya secara politik kurang begitu penting. Namun, satu
hal yang penting adalah dari dal;am Boedi Oetomo telah muncl benih
semangat nasional yang pertama.
Organisasi
Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan
pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di
Solo pada tahun 1911, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang
pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan
pedagang-pedagang besar timur. Pada saat itu, pedagang-pedagang
tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang
lebih tinggi dari pada penduduk Indonesia lainnya. Kebijakan yang
sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut kemudian
menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di antara kaum
pribumi.
SDI merupakan organisasi
ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat
sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan
ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang
berpengaruh.Setahun kemudian, pada bulan November 1912, nama SDI diubah
menjadi Sarekat Islam (SI) dengan ketuanya Haji Oemar Said Tjokroaminoto
. Hal ini dilakukan agar keanggotaannya lebih luas, bukan hanya dari
kalangan pedagang. Permasalahan utama yang menjadi inti perlawanan
Sarekat Islam ditunjukkan terhadap setiap bentuk penindasan dan
kesombongan rasial.Berbeda dengan Boedi Oetomo, keanggotaan Sarekat
Islam bersifat terbuka sehingga berhasil menyentuh lapisan masyarakat
bawah yang sejak berabad-abad paling banyak menderita. Jika ditinjau
dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai
berikut:
- Mengembangkan jiwa dagang.
- Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
- Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat bumiputra.
- Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
- Hidup menurut perintah agama.
SI tidak membatasi keanggotaannya
hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah membangun
persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di antara muslim dan
mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI terbuka untuk semua
lapisan masyarakat muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan
Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya
diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam anggaran dasarnya tidak
terlihat adanya unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI menaruh
perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang
ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial.
Artinya SI memiliki jumlah anggota yang banyak sehingga menimbulkan
kekhawatiran pemerintah Belanda. SI merupakan organisasi pertama di
Indonesia yang antara tahun 1917 dan 1920 pengaruhnya sangat terasa
dalam perkembangan politik Indonesia. Coraknya yang demokratis dan
kesiapannya untuk berjuang secara radikal mendekatkan beberapa cabang SI
beserta pemimpinnya kepada ajaran Marxis. Penggunaan teori Marxis untuk
perjuangan melawan imperialisme dipelopori oleh SI cabang Semarang yang
dipimpin oleh Semaun dan Darsono. Masuknya ajaran-ajaran marxis
menimbulkan krisis dalam tubuh SI antara pendukung paham Islam dan
penganut ajaran Marxis. Perdebatan seru terjadi antara H.A. Agus
Salim-Abdul Muis pada satu pihak dengan Semaun-Tan Malaka pada lain
pihak. Pada tahun 1921, melalui kebijakan " Disiplin Partai" golongan
kiri dalam tubuh SI dapat disingkirkan . Kebijakan "Disiplin Partai"
melarang anggota SI memiliki anggota ganda dalam organisasi pergerakan
nasional. Mereka terdepak dan menamakan dirinya Sarekat Rakyat (SR).
Aktivitas SI yang lebih mengutamakan politik tidak disetujui oleh
sebagian anggotanya. Mereka menginginkan SI lebih banyak memperhatikan
masalah-masalah keagamaan. Dalam kondisi itu, SI memutuskan untuik
bekerja sama dengan pemerintahan kolonial dan berganti nama menjadi
Partai Sarekat Islam. Sehubungan dengan semakin luasnyasemangat
persatuan setelah Sumpah Pemuda, nama tersebut diubah menjadi Partai
Serikat Islam Indonesia (PSII) pad tahun 1930 dengan ketuanya Haji Agus
Salim.
Indische
Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. organisasi ini
juga dimaksudkan sebagai pengganti organisasi Indische Bond, sebagai
organisasi kaum Indo dan Eropa di Indonesia yang didirikan pada tahun
1898. Ketiga tokoh pendiri Indische Partij dikenal sebagai tiga
serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker(Danudirja Setiabudhi), Cipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryadiningrat( Ki Hajar Dewantara). Indische
Partij, yang berdasarkan golongan Indo yang makmur, merupakan partai
pertama yang menuntut kemerdekaan Indonesia.
Partai
ini berusaha didaftarkan status badan hukumnya pada pemerintah kolonial
Hindia Belanda tetapi ditolak pada tanggal 11 Maret 1913, penolakan
dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg sebagai wakil pemerintah
Belanda di negara jajahan. Alasan penolakkannya adalah karena
organisasi ini dianggap oleh pemerintah kolonial saat itu dapat
membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan bergerak dalam sebuah
kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
Pada
tahun 1913 partai ini dilarang karena tuntutan kemerdekaan itu, dan
sebagian besar anggotanya berkumpul lagi dalam Serikat Insulinde dan
Comite Boemi Poetra.
Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr.Soetomo dan Herman Kartawisastra. organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische
Vereeniging. Saat itu istilah "Indonesier" dan kata sifat "Indonesich"
sudah tenar digunakan oleh para pemrakarsa Politik etis. Para anggota
Indonesische juga memutuskan untuk menerbitkan kembali majalah Hindia Poetra dengan Mohammad Hatta sebagai pengasuhnya. Majalah ini terbit dwi bulanan, dengan 16 halaman dan biaya langganan seharga 2,5 gulden setahun. Penerbitan kembali Hindia Poetra
ini menjadi sarana untuk menyebarkan ide-ide antikolonial. Dalam 2
edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan kritik mengenai praktek sewa
tanah industri gula Hindia Belanda yang merugikan petani.
Saat Iwa Koesoemasoemantri menjadi ketua pada 1923,
Indonesische mulai menyebarkan ide non-kooperasi yang mempunyai arti
berjuang demi kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan Belanda. Tahun 1924,
saat M. Nazir Datuk Pamoentjak menjadi ketua, nama majalah Hindia Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka. Tahun 1925 saat Soekiman Wirjosandjojo nama organisasi ini resmi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Hatta menjadi Voorzitter (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun 1926 hingga 1930, sebelumnya
setiap ketua hanya menjabat selama setahun. Perhimpunan Indonesia
kemudian menggalakkan secara terencana propaganda tentang Perhimpunan
Indonesia ke luar negeri Belanda.
Tokoh-tokoh
lain yang menjadi anggota organisasi ini antara lain: Achmad Soebardjo,
Soekiman Wirjosandjojo, Arnold Mononutu, Prof Mr Sunario Sastrowardoyo,
Sastromoeljono, Abdul Madjid, Sutan Sjahrir, Sutomo, Ali
Sastroamidjojo, dll.
Partai
ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet
pada 1914, dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV)
atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda). Keanggotaan awal ISDV
pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis
Belanda, yaitu SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai
Sosial Demokratis), yang aktif di Hindia Belanda
Pada Oktober 101 SM ISDV mulai aktif dalam penerbitan dalam bahasa Belanda, "Het Vrije Woord" (Kata yang Merdeka). Editornya adalah Adolf Baars.
Pada
saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia. Pada
saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya
itu hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi Indonesia. Namun
demikian, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan anti
kapitalis. Di bawah pimpinan Sneevliet partai ini merasa tidak puas
dengan kepemimpinan SDAP di Belanda, dan yang menjauhkan diri dari
ISDV. Pada 1917, kelompok reformis dari ISDV memisahkan diri dan
membentuk partainya sendiri, yaitu Partai Demokrat Sosial Hindia.
Pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa Melayu, "Soeara Merdeka".
Di
bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober seperti
yang terjadi di Rusia harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil
mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut Belanda yang
ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah "Pengawal Merah" dan dalam
waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada akhir
1917, para tentara dan pelaut itu memberontak di Surabaya, sebuah
pangkalan angkatan laut utama di Indonesia saat itu, dan membentuk
sebuah dewan soviet. Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan soviet
di Surabaya dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda,
termasuk Sneevliet. Para pemimpin pemberontakan di kalangan militer
Belanda dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun.
ISDV
terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak di bawah
tanah. Organisasi ini kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang lain,
Soeara Ra’jat. Setelah sejumlah kader Belanda
dikeluarkan dengan paksa, ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat
Islam, keanggotaan organisasi ini pun mulai berubah dari mayoritas
warga Belanda menjadi mayoritas orang Indonesia.
Pembentukan Partai Komunis
Pada
awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam Sarekat Islam.
Keadaan yang semakin parah dimana ada perselisihan antara para
anggotanya, terutama di Semarang dan Yogyakarta membuat Sarekat Islam
melaksanakan disiplin partai. Yakni melarang anggotanya mendapat gelar
ganda di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut
tentu saja membuat para anggota yang beraliran komunis kesal dan keluar
dari partai dan membentuk partai baru yang disebut ISDV. Pada Kongres
ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi
Perserikatan Komunis di Hindia. Semaoen diangkat sebagai ketua partai.
PKH
adalah partai komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari Komunis
Internasional. Henk Sneevliet 1920. mewakili partai ini pada kongresnya
kedua Komunis Internasional pada
Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pemberontakan 1926
Pada
November 1926 PKI memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial
di Jawa Barat dan Sumatra Barat. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah
republik. Pemberontakan ini dihancurkan dengan brutal oleh penguasa
kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang ditahan.
Sejumlah 1.308 orang, umumnya kader-kader partai, dikirim ke Boven
Digul, sebuah kamp tahanan di Papua . Beberapa orang meninggal di dalam
tahanan. Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran
pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum
komunis. Pada 1927 PKI dinyatakan terlarang oleh pemerintahan Belanda.
Karena itu, PKI kemudian bergerak di bawah tanah.
Rencana
pemberontakan itu sendiri sudah dirancang sejak lama. Yakni di dalam
perundingan rahasia aktivis PKI di Prambanan. Rencana itu ditolak tegas
oleh Tan Malaka, salah satu tokoh utama PKI yang mempunyai banyak massa
terutama di Sumatra. Penolakan tersebut membuat Tan Malaka di cap
sebagai pengikut Leon Trotsky yang juga sebagai tokoh sentral perjuangan
Revolusi Rusia. Walau begitu, beberapa aksi PKI justru terjadi setelah
pemberontakan di Jawa terjadi. Semisal Pemberontakan Silungkang di
Sumatra.
Pada masa awal
pelarangan ini, PKI berusaha untuk tidak menonjolkan diri, terutama
karena banyak dari pemimpinnya yang dipenjarakan. Pada 1935 pemimpin PKI
Moeso kembali dari pembuangan di Moskwa, Uni Soviet, untuk menata
kembali PKI dalam gerakannya di bawh tanah. Namun Moeso hanya tinggal
sebentar di Indonesia. Kini PKI bergerak dalam berbagai front, seperti
misalnya Gerindo dan serikat-serikat buruh. Di Belanda, PKI mulai
bergerak di antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia di kalangan organisasi
nasionalis, Perhimpoenan Indonesia , yang tak lama kemudian berada di
dalam kontrol PKI .
Peristiwa Madiun 1948
Pada 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948
pihak Republik Indonesia dan pendudukan BelandaPerundingan Renville.
Hasil kesepakatan perundingan Renville dianggap menguntungkan posisi
Belanda. Sebaliknya,RI menjadi pihak yang dirugikan dengan semakin
sempit wilayah yang dimiliki.Oleh karena itu, kabinet Amir Syarifuddin
diaggap merugikan bangsa, kabinet tersebut dijatuhkan pada 23 Januari 1948. Ia terpaksa menyerahkan mandatnya kepada presiden dan digantikan kabinet Hatta.
Selanjutnya Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni 1948.
Kelompok politik ini berusaha menempatkan diri sebagai oposisi
terhadap pemerintahan dibawah kabinet Hatta. FDR bergabung dengan
Partai Komunis Indonesia (PKI) merencanakan suatu perebutan kekuasaan.
Beberapa
aksi yang dijalankan kelompok ini diantaranya dengan melancarkan
propaganda antipemerintah, mengadakan demonstrasi-demonstrasi,
pemogokan, menculik dan membunuh lawan-lawan politik, serta
menggerakkan kerusuhan dibeberapa tempat.
Sejalan
dengan peristiwa itu, datanglah Muso seorang tokoh komunis yang sejak
lama berada di Moskow, Uni Soviet. Ia menggabungkan diri dengan Amir
Syarifuddin untuk menentang pemerintah, bahkan ia berhasil mengambil
alih pucuk pimpinan PKI. Setelah itu, ia dan kawan-kawannya
meningkatkan aksi teror, mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI dan
menjelek-jelekan kepemimpinan Soekarno-Hatta. Puncak aksi PKI adalah
pemberotakan terhadap RI pada 18 September 1948 di Madiun, Jawa Timur.T
ujuan pemberontakan itu adalah meruntuhkan negara RI dan menggantinya
dengan negara komunis. Dalam aksi ini beberapa pejabat, perwira TNI,
pimpinan partai, alim ulama dan rakyat yang dianggap musuh dibunuh
dengan kejam. Tindakan kekejaman ini membuat rakyat marah dan mengutuk
PKI. Tokoh-tokoh pejuang dan pasukan TNI memang sedang menghadapi
Belanda, tetapi pemerintah RI mampu bertindak cepat. Panglima Besar
Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel
Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan
pemberontakan PKI. Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki kembali
oleh TNI dan polisi. Dalam operasi ini Muso berhasil ditembak mati
sedangkan Amir Syarifuddin dan tokoh-tokoh lainnya ditangkap dan
dijatuhi hukuman mati.
Bangkit kembali
Pada
1950, PKI memulai kembali kegiatan penerbitannya, dengan organ-organ
utamanya yaitu Harian RakjatBintang Merah. Pada 1950-an, PKI mengambil
posisi sebagai partai nasionalis di bawah pimpinan D.N. Aidit, dan
mendukung kebijakan-kebijakan anti kolonialis dan anti Barat yang
diambil oleh Presiden Soekarno. Aidit dan kelompok di sekitarnya,
termasuk pemimpin-pemimpin muda seperti Sudisman, Lukman, Njoto dan
Sakirman, menguasai pimpinan partai pada 1951. Pada saat itu, tak
satupun di antara mereka yang berusia lebih dari 30 tahun. Di bawah
Aidit, PKI berkembang dengan sangat cepat, dari sekitar 3.000-5.000
anggota pada 1950, menjadi 165 000 pada 1954 dan bahkan 1,5 juta pada
1959
Pada Agustus 1951, PKI
memimpin serangkaian pemogokan militan, yang diikuti oleh
tindakan-tindakan tegas terhadap PKI di Medan dan Jakarta. Akibatnya,
para pemimpin PKI kembali bergerak di bawah tanah untuk sementara waktu.
Partai
Nasional Indonesia (PNI) dibentuk di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927
dengan tokoh-tokohnya Ir.Soekarno, Iskaq, Budiarto, Cipto Mangunkusumo,
Tilaar, Soedjadi, Sunaryo. Dalam pengurus dasar PNI, Ir.Soekarno
ditunjuk sebagai ketua, Iskaq sebagai sekertaris/bendahara, dan Dr.Samsi
sebagai komisaris. Sementara itu, dalam perekrutan anggota disebutkan
bahwa mantan PKI tidak diperkenankan menjadi anggota PNI, juga pegawai
negeri yang memungkinkan berperan sebagai mata-mata pemerintah kolonial.
Dalam
anggaran dasarnya dinyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk
kemerdekaan Indonesia. Tujuan tersebut hendak dicapai dengan asas
"Percaya Pada Diri Sendiri". Artinya memperbaiki keadaan politik,
ekonomi danm sosial dengan kekuatan dan kebiasaan sendiri. Sifatnya yang
non-kooperatif diwujudkan antara lain dengan tidak ikut dalam
dewan-dewan yang dibentuk oleh pemerintah kolonial.
Cabang-cabang
pertama PNI didirikan di Bandung, Surabaya, dan Batavia. Menyusul
kemudian dalam tahun 1928 berdiri beberapa cabang lainnya, seperti di
Jogjakarta,Semarang, Pekalongan, Palembang, Makasar dan Manado.
Akhirnya, jumlah anggota PNI meningkat secara drastis. Kenaikan tersebut
merupakan hasil dari propaganda yang sanmgat aktif dilakukan. Jelas
sekali bahwa popularitas rapat-rapat umum yang diselenggarakan oleh PNI
itu disebabkan oleh pengaruh Ir.Soekarno dengan pidato-pidatonya yang
sangat menarik perhatian rakyat.
Ada dua macam cara dilakukan oleh PNI untuk memperkuat diri dan pengaruhnya di dalam masyarakat.
a.
Usaha ke dalam, yaitu usaha-usaha terhadap lingkungan sendiri, antara
lain mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah-sekolah dan bank-bank.
b.
Usaha ke l;uar dengan memperkuat opini publik terhadap tujuan PNI,
antara lain melalui rapat-rapat umum dan menerbitkan surat kabar Banteng Priangan di Bandung dan Persatuan Indonesia di Batavia.
Kegian
PNI yang cepat dapat menarik masa yang sangat mencemaskan pemerintah
kolonial Belanda. Gubernur Jendral yang berkuasa pada waktu itu dalam
pembukaan sidang Volskraad pada tanggal 15 Mei 1928 mengharapkan
kesadaran rakyat terhadap Nasionalisme yang ekstrem. Dikemukakan juga
bahwa sikap non-kooperatif yang dijalnkan oleh PNI bersifat bermusuhan
terhadap pemerintah. Meskipun ada peringatan halus tersebut,
cabang-cabang PNI malah bermunculan di berbagai wilayah Indonesia.
Propraganda
PNI menimbulkan zaman baru dalam pikiran dan perasaan orang Indonesia.
Dalam melaksanakan kegiatannya, PNI juga banyak dibantu oleh tokoh-tokoh
mantan Perhimpunan Indonesia. Apabila dibandingkan dengan jumlah
anggota Serekat Islam , jumlah anggota PNI jauh lebih kecil. Akan
tetapi, pengaruh Ir.Soekarno sebagai pemimpin PNI dan pemimpin Indonesia
telah meluas dan meresap di kalangan masyarakat Indonesia.
Sukses
yang diciptai oleh PNI tidak lepas dari paham yang dianutnya, yaitu
marhaenime. kata marhaen menurut Soekarno adalah nama seorang petani
kecil yang di jumpainya dan menurutnya mewakili kelas sosial yang rendah
(dapat dibandingkan dengan sebagai golongan proletar).
Tindakan
progresip PNI dilakukan dengan melakukan rapat-rapat umum yang selalu
dibanjiri massa. hal itu tidak lepas dari peran Ir. Soekarno sebagai
orator ulung. oleh karena itu, pemerintah kolonial mengangap tindakan
PNI sebagai hasutan terhadap rakyat, bahkan di anggap sebagai serangan
kaum komunis kedua setelah pemberontakan PKI tahun 1926.
Kemajuan
yang dicapai oleh PNI juga telah menghawatirkan orang-orang reaksioner
belanda di Indonesia. mereka kemudian membentuk Vanderlandsche Club
pada tahun 1929. organisasi itu kemudian mendesak kepada pemerintah
kolonial agar menganbil tindakan yang tegas terhadap PNI.
Peningkatan
kegiatan rapat-rapat umum di cabang-cabang sejak bulan Mei 1929
menimbulkan suasana yang tegang. Pemerintah kolonial Belanda lebih
banyak melakukan pengawasan secara tegas terhadap kegiatan-kegiatan PNI
yang dianggap membahayakan keamanan dan ketertiban. Akhirnya, pemerintah
Hindia Belanda beanggapan bahwa tiba saatnya untuk melakukan tindakan
terhadap PNI. Bahkan, Gubernur Jendral de Graeff telah mendapatkan
tekanan dari golongan konservatif Belanda yang tergabung dalam
Vanderlandsche Club untuk bertindak tegas karena mereka berkeyakinan
bahwa PNI melanjutkan teka-teki PKI.
Pemerintah
Hindia Belanda kemudian melakukan penangkapan-penangkapan dan
penggeledahan-penggeledahan di banyak tempat. Pada tanggal 29 Desember
1929, Ir.Soekarno(ketua PNI), R.Gatot Mangkupraja(sekertaris II PB PNI
), Maskoen Sumadireja(sekertaris II pengurus PNI cabang Bnadung), dan
Supriadinata(anggota PNI cabang Bandung) ditangkap oleh polisi
Jogjakarta.
Empat tokoh PNI
ditangkap tersebut kemudian diajukan ke pengadilan di Bandung. Sidang
pengadilan itu dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930. Dalam sidang
tersebut, Ir.Soekarno membacakan pidato pembelaan berjudul Indonesia Menggugat. Dalam pidato pembelaannya itu, Ir.Soekarno menandaskan "kini
telah jelas bahwa pergerakan nasional di Indonesia bukanlah bikinan
kaum intelektual dan kaun komunis saja, tetapi merupakan reaksi umum
yang wajar dari rakyat jajhan yang dalam batinnya telah merdeka.
revolusi industrinya adalah revolusi zaman sekarang, sekarang bukan
revolusinya sekelompok kelompok kecil kaum intelektual, tetapi
revolusinya bagian terbesar rakyat Dunia yang terbelakang dan diperbodoh
". Pada tanggal 22 Desember 1930, para pemimpin PNI tersebut dijatuhi hukuman penjara di Suka Miskin, Bandung.
3 comments:
berbagai organisasi pergerakan nasional tumbuh dan berkembang sejak budi utomo, Indische Partij, Syarikat Islam, untuk kemerdekaan, mampir juga dong di blog saya myfamilylifestyle.blogspot.com
sejak berdirinya Budi utomo, Indische Partij dan Syarikat Islam, berbagai organisasi pergerakan nasional tumbuh dan berkembang, kunjungan juga ya ke blog saya myfamilylifestyle.blogspot.com
berbagi organisasi itu saya baru tahu beberapa sejarah nya,,tp sekrg setelah baca artikel ini saya jadi lebih tahu...
Post a Comment