Kisah pejuang kemerdekaan Depok
Gerombolan bambu runcing…http://duniaartikelsejarah.blogspot.com/
Merebut kemerdekaan Indonesia. Cucuran keringat, darah dan air mata
telah tumpah di negeri ini. Tak sakadar harta, nyawa-pun rela
dikorbankan. Semangat pantang mundur sebelum
kunjungan maksud terlaksana tertanam dalam-dalam di sanubari para
pejuang, hingga terselenggaralah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Pasca proklamasi, Indonesia masih bergolak. Selain persoalan
kembalinya sekutu, pemerintah republik yang pada masa itu masih seumur
jagung, juga dihebohkan dengan ulah laskar-laskar rakyat yang kecewa
dengan program Restrukturisasi dan Rasionalisasi [Re-Ra] tentara.
Re-Ra ini merampingkan jumlah tentara, menyatukan komando
Laskar-Laskar ke dalam satu komando yaitu TNI, serta penurunan pangkat
tentara-tentara.
Bahkan Jendral Soedirman yang legendaris itu juga harus diturunkan
pangkatnya menjadi Letnan Jendral—meski setelah wafat pangkatnya
dinaikkan secara anumerta menjadi Jendral penuh.
Berbagai sumber ensiklopedia menyebutkan, secara historis militer
Indonesia adalah militer profesional yang dididik oleh penjajah Belanda
dan Jepang, bukan militer yang muncul dari gerakan kemerdekaan rakyat.
Secara otomatis, para pendahulu militer Indonesia adalah orang-orang
yang dilatih untuk menghadapi rakyat dan selalu berpihak kepada
kekuasaan.
Menjelang kemerdekaan memang ada laskar-laskar yang tumbuh dari
rakyat dan kemudian mengkonsolidasikan diri membangun organisasi militer
yang baku, akan tetapi mereka telah berhasil disingkirkan oleh militer
yang berasal dari PETA, HEIHO, dan KNIL. Inilah konsekwensi program
restrukturisasi dan rasionalisasi TNI.
Dengan rasionalisasi yang dipelopori M. Hatta ini, maka sekitar 400
ribu anggota Laskar Rakyat awal tahun 1948, hanya akan tinggal 57 ribu
prajurit teratur dan tetap.
Laskar yang tidak kebagian posisi kecewa, kemudian membentuk
gerombolan-gerombolan yang menguasai suatu wilayah lalu kerap
menggencarkan perampokan dimana-mana.
Umumnya yang dirampok adalah orang-orang kaya dan sombong di wilayah Depok, sementara dengan rakyat kecil mereka bersahabat.
Depok adalah satu di antara banyak wilayah yang dikuasai gerombolan
eks lasykar rakyat yang kecewa. Di Depok, orang-orang menyebutnya
Gerombolan Bambu Runcing. Tokoh-tokohnya a.l. Sengkud, Muhidin, Nail dan
Ceker.
“Ceker adalah otaknya. Beliau tokoh di balik layar Gerombolan Bambu
Runcing. Namun yang paling terkenal adalah Sengkud dari Kp. Cironyok,
Sugutamu, Sukmajaya,” kata Sejarawan Kota Depok, C. Supandi, kepada
Monde.
Gerombolan Bambu Runcing dari Depok, merupakan sempalan dari lasykar rakyat pimpinan H. Madarif—pahlawan dari Klender.
Perjuangan H. Madarif, tidak beda jauh dengan perjuangan H. Tong
Gendut dari Condet. Peninggalannya rumah peristirahatan Belanda yang
sekarang sudah rusak di depan asrama Rindam Tanjung Timur sampai lampu
merah arah Condet.
“Mereka sudah mulai berjuang sebelum tahun 1945. Mereka juga terlibat
dalam pertempuran Karawang Bekasi. Gerilyawan-gerilyawan tangguh itu,”
katanya.
Masih ingat film perjuangan berjudul Naga Bonar yang dibintangi oleh
Dedi Mizwar? Itulah potret perjuangan lasykar rakyat. Tentara yang
tumbuh langsung dari rakyat.
Bukan tentara hasil didikan panjajah yang terorganisir kedalam KNIL
maupun Peta. Sehingga dalam hal kepangkatan-pun, mereka tak begitu
paham.
No comments:
Post a Comment