Tuesday, November 22, 2011

Perang Kemerdekaan Periode



Proklamasi 17 Agustus 1945 membakar semangat arek-arek Surabaya dalam menentang penjajah, sampai terjadi di Surabaya Inferno yang membangunkannya bangsa ditekan akan dihidupkan kembali untuk menentang penjajah.
Pada Senin, 3 September, 1945, Residen Soedirman memproklamasikan Pemerintahan RI di Jawa Timur dan telah dijawab dengan aksi menampilkan Bendera seluruh penjuru Surabaya. Pesawat Belanda menyebarkan pamflet pengumuman bahwa Sekutu / Belanda akan mendarat di Surabaya yang menyebabkan Belanda arogan menampilkan bendera Belanda di Hotel Orange pada September 19,1945, ini arek-arek kemarahan yang disebabkan Suroboyo yang muncul, sehingga insiden berdarah terjadi dengan pembunuhan Mr Ploegman. Warna biru di bendera Belanda (merah, putih, biru) itu robek oleh Arek Arek Suroboyo dan terbang bendera Merah Putih (Sang Merah Putih) di ruang megah.
Pada tanggal 25 Oktober 1945 tentara Inggris mendarat di Surabaya, brigade ke-49 dengan kekuatan 6.000 serdadu dipimpin oleh penjara. Jend. A.W.S. Mallaby, pasukan dari kancah perang dunia yang terdiri dari pasukan Gurkha dan Nepal dari India Utara. Pada hari berikutnya, pada 26-27 Oktober 1945, pesawat Inggris menjatuhkan beberapa selebaran yang memerintahkan penduduk Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan senjata. Pada Oktober 28,1945 insiden di seluruh sudut kota terjadi.
Puncak tragedi ini pada 30-31 Oktober 1945, tentara Inggris meninggalkan Gedung Internatio. Brigjen. Mallaby meninggal, karena mobilnya meledak. Pada tanggal 9 November 1945 ultimatum yang ditandatangani oleh May. Jend. E.S. Masergh Panglima Divisi Tentara Sekutu di Jawa Timur, meminta masyarakat untuk menyerahkan senjata tanpa syarat sebelum pukul 18.00 dan jika tidak dilakukan sampai pukul 06.00 pada tanggal 10 November 1945 di pagi hari akan diambil tindakan terhadap dengan kekuatan Tentara militer, Laut dan Udara.
Berturut-turut, pada pukul 21 .00 dan 23.00 setelah melalui Pemerintah Pusat di Jakarta tidak berhasil merubah pendirian dipimpin oleh Tentara Inggris untuk mencabut ultimatumnya. Gubernur Soerjo berpidato yang konfirmasi, "Lebih baik hancur daripada dijajah kembali". Pada tanggal 10 November 1945, pertempuran besar di sudut kota, terjadi perlawanan massa rakyat Surabaya menentang pasukan sekutu, begitu banyak korban jatuh di mana-mana, selama 18 hari Surabaya seperti di neraka. Dengan hancurnya kubu laskar rakyat di Gunung Sari, pada 28 November 1945 menyebabkan semua Kota Surabaya jatuh ke tangan Ally kontemporer.
Mengingat kepahlawanan Arek-Arek untuk Surabaya yang berjuang dengan berani sampai titik darah terakhir, demi kedaulatan dan mendirikan tujuan bangsa Indonesia maka dibangun Monumen Pilar Hero (Tugu Pahlawan) yang dinyatakan pada 10 November 1962 oleh Presiden Indonesia.
Selain itu, juga dibangun Monumen taruhannya bambu (Bambu Runcing) untuk mengingat semangat Arek-Arek Suroboyo yang berani menentang penjajah dengan senjata sebuah eksistensi walaupun hanya dengan reng bambu yang ujungnya dipertajam.

No comments: