Piramida Mesir adalah sebutan untuk piramida yang terletak di Mesir
yang dikenal sebagai “negeri piramida” sekalipun ditemukan situs
piramida dalam jumlah besar di Semenanjung Yucatan yang merupakan
pusat peradaban Maya
Di Mesir umumnya piramida digunakan
sebagai makam raja-raja Mesir Kuno yang dikenal dengan nama firaun.
Namun demikian, berabad abad piramida sering digunakan sebagai sasaran
penjarahan dan perampok makam karena para raja-raja membawa harta
kekayaannya dan segala macam artefak guna di alam baka, sekalipun
diberi perlindungan dengan semacam kutukan-kutukan untuk mencegahnya.
Sehingga pada masa raja-raja mesir kuno berikutnya, makam raja-raja dan
para bangsawan ditempatkan pada lembah yang tersembunyi seperti halnya
makam Raja Tutankhamun yang ditemukan secara utuh dan lengkap.
Piramida
raksasa Mesir merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia saat
ini, sejak dulu dipandang sebagai bangunan yang misterius dan megah
oleh orang-orang. Namun, meskipun telah berlalu berapa tahun lamanya,
setelah sarjana dan ahli menggunakan sejumlah besar alat peneliti yang
akurat dan canggih, masih belum diketahui, siapakah sebenarnya yang
telah membuat bangunan raksasa yang tinggi dan megah itu? Dan berasal
dari kecerdasan manusia manakah prestasi yang tidak dapat dibayangkan
di atas bangunan itu? Serta apa tujuannya membuat bangunan tersebut?
Dan pada waktu itu ia memiliki kegunaan yang bagaimana atau apa
artinya? Teka-teki yang terus berputar di dalam benak semua orang
selama ribuan tahun, dari awal hingga akhir merupakan misteri yang
tidak dapat dijelaskan. Meskipun sejarawan mengatakan ia didirikan pada
tahun 2000 lebih SM, namun pendapat yang demikian malah tidak bisa
menjelaskan kebimbangan yang diinisiasikan oleh sejumlah besar penemuan
hasil penelitian.
Sejarah Mitos dan Temuan Arkeologi
Sejak
abad ke-6 SM, Mesir merupakan tempat pelarian kerajaan Poshi, yang
kehilangan kedudukannya setelah berdiri lebih dari 2.000 tahun,
menerima kekuasaan yang berasal dari luar yaitu kerajaan Yunani, Roma,
kerajaan Islam serta kekuasaan bangsa lain. Semasa itu sejumlah besar
karya terkenal zaman Firaun dihancurkan, aksara dan kepercayaan agama
bangsa Mesir sendiri secara berangsur-angsur digantikan oleh budaya
lain, sehingga kebudayaan Mesir kuno menjadi surut dan hancur, generasi
belakangan juga kehilangan sejumlah besar peninggalan yang dapat
menguraikan petunjuk yang ditinggalkan oleh para pendahulu.
Tahun
450 SM, setelah seorang sejarawan Yunani berkeliling dan tiba di
Mesir, membubuhkan tulisan: Cheops, (aksara Yunani Khufu), konon
katanya, hancur setelah 50 tahun. Dalam batas tertentu sejarawan Yunani
tersebut menggunakan kalimat “konon katanya”, maksudnya bahwa
kebenarannya perlu dibuktikan lagi. Namun, sejak itu pendapat sejarawan
Yunani tersebut malah menjadi kutipan generasi belakangan sebagai bukti
penting bahwa piramida didirikan pada dinasti kerajaan ke-4.
http://duniaartikelsejarah.blogspot.com/
Teknik Bangunan yang Luar Biasa
Di
Mesir, terdapat begitu banyak piramida berbagai macam ukuran,
standarnya bukan saja jauh lebih kecil, strukturnya pun kasar. Di
antaranya piramida yang didirikan pada masa kerajaan ke-5 dan 6, banyak
yang sudah rusak dan hancur, menjadi timbunan puing, seperti misalnya
piramida Raja Menkaure seperti pada gambar. Kemudian, piramida besar
yang dibangun pada masa yang lebih awal, dalam sebuah gempa bumi dahsyat
pada abad ke-13, di mana sebagian batu ditembok sebelah luar telah
hancur, namun karena bagian dalam ditunjang oleh tembok penyangga,
sehingga seluruh strukturnya tetap sangat kuat. Karenanya, ketika
membangun piramida raksasa, bukan hanya secara sederhana menyusun 3 juta
batu menjadi bentuk kerucut, jika terdapat kekurangan pada rancangan
konstruksi yang khusus ini, sebagian saja yang rusak, maka bisa
mengakibatkan seluruhnya ambruk karena beratnya beban yang ditopang.
Lagi
pula, bagaimanakah proyek bangunan piramida raksasa itu dikerjakan,
tetap merupakan topik yang membuat pusing para sarjana. Selain
mempertimbangkan sejumlah besar batu dan tenaga yang diperlukan, faktor
terpenting adalah titik puncak piramida harus berada di bidang dasar
tepat di titik tengah 4 sudut atas. Karena jika ke-4 sudutnya miring
dan sedikit menyimpang, maka ketika menutup titik puncak tidak mungkin
menyatu di satu titik, berarti proyek bangunan ini dinyatakan gagal.
Karenanya, merupakan suatu poin yang amat penting, bagaimanakah
meletakkan sejumlah 2,3 juta -2,6 juta buah batu besar yang setiap
batunya berbobot 2,5 ton dari permukaan tanah hingga setinggi lebih dari
seratus meter di angkasa dan dipasang dari awal sampai akhir pada
posisi yang tepat.
Master
Li Hongzhi dalam ceramahnya pada keliling Amerika Utara tahun 2002
juga pernah menyinggung kemungkinan itu. “Manusia tidak dapat memahami
bagaimana piramida dibuat. Batu yang begitu besar bagaimana manusia
mengangkutnya? Beberapa orang manusia raksasa yang tingginya lima meter
mengangkut sesuatu, itu dengan manusia sekarang memindahkan sebuah batu
besar adalah sama. Untuk membangun piramida itu, manusia setinggi lima
meter sama seperti kita sekarang membangun sebuah gedung besar.”
Pemikiran
demikian mau tidak mau membuat kita membayangkan, bahwa piramida
raksasa dan sejumlah besar bangunan batu raksasa kuno yang ditemukan di
berbagai penjuru dunia telah mendatangkan keraguan yang sama kepada
semua orang: tinggi besar dan megah, terbentuk dengan menggunakan
susunan batu yang sangat besar, bahkan penyusunannya sangat sempurna.
Seperti misalnya, di pinggiran kota utara Mexico ada Kastil Sacsahuaman
yang disusun dengan batu raksasa yang beratnya melebihi 100 ton lebih,
di antaranya ada sebuah batu raksasa yang tingginya mencapai 28 kaki,
diperkirakan beratnya mencapai 360 ton (setara dengan 500 buah mobil
keluarga). Dan di dataran barat daya Inggris terdapat formasi batu
raksasa, dikelilingi puluhan batu raksasa dan membentuk sebuah bundaran
besar, di antara beberapa batu tingginya mencapai 6 meter. Sebenarnya,
sekelompok manusia yang bagaimanakah mereka itu? Mengapa selalu
menggunakan batu raksasa, dan tidak menggunakan batu yang ukurannya
dalam jangkauan kemampuan kita untuk membangun?
Sphinx, singa
bermuka manusia yang juga merupakan obyek penting dalam penelitian
ilmuwan, tingginya 20 meter, panjang keseluruhan 73 meter, dianggap
didirikan oleh kerjaan Firaun ke-4 yaitu Khafre. Namun, melalui bekas
yang dimakan karat (erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan
memperkirakan bahwa masa pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak
10 ribu tahun silam sebelum Masehi.
http://duniaartikelsejarah.blogspot.com/
Ahli ilmu pasti Swalle Rubich menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir
pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat. Pada saat itu Sphinx
telah ada, sebab bagian badan singa bermuka manusia itu, selain kepala,
jelas sekali ada bekas erosi. Perkiraannya adalah pada sebuah banjir
dahsyat tahun 11.000 SM dan hujan lebat yang silih berganti lalu
mengakibatkan bekas erosi.
Washeth dan Robert S. juga
menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno tidak mungkin dapat mengukir
skala yang sedemikian besar di atas sebuah batu raksasa, produk seni
yang tekniknya rumit.
Jika diamati secara keseluruhan, kita bisa
menyimpulkan secara logis, bahwa pada masa purbakala, di atas tanah
Mesir, pernah ada sebuah budaya yang sangat maju, namun karena adanya
pergeseran lempengan bumi, daratan batu tenggelam di lautan, dan budaya
yang sangat purba pada waktu itu akhirnya disingkirkan, meninggalkan
piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi bangunan yang
sempurna.
Sphinx patung singa berkepala manusia diyakini
merupakan kepala Cheops. Memiliki panjang 3 Meter dan tinggi 20 Meter.
Melambangkan watak gagah laksana singa dan kepribadian lembut laksana
manusia.
Sphinx yang bertetangga dekat dengan piramida raksasa
kelihatannya sangat kuno. Para ilmuwan memastikan bahwa dari badannya,
saluran dan irigasi yang seperti dikikis air, ia pernah mengalami
sebagian cuaca yang lembab, karenanya memperkirakan bahwa ia sangat
berkemungkinan telah ada sebelum 10 ribu tahun silam.
No comments:
Post a Comment