Saturday, January 6, 2018

SAINTS ISLAM DAN TEKNOLOGI

Gambar 1
Islam pernah mencatat pencapaian sains dan teknologi yang sangat mencengangkan. Masa keemasan itu ditandai oleh berkembangnya tradisi intelektual dan kuatnya spirit pencarian-pengembangan sains. Tapi, saat ini dunia Islam tertinggal jauh dari Barat. Data yang menyebutkan bahwa hanya sekitar 55 persen dari total umat Islam yang melek aksara sangatlah memalukan. Sungguh ironi bagi dunia Islam yang pernah menjadi raksasa sains sampai abad pertengahan.
Ketertinggalan sains-teknologi menyebabkan dunia Islam mudah ditipu dan dieksploitasi. Menurut ISESCO (Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization), 57 negara Islam yang tergabung dalam OKI (dengan 1,1 miliar penduduk dan wilayah seluas 26,6 juta kilometer) menyimpan 73 persen cadangan minyak dunia. Disebabkan problem di atas, gabungan negara-negara Islam itu hanya memiliki GNP sebesar 1,016 miliar dolar AS. Berbeda dengan Prancis (hanya penduduk 57,6 juta dan wilayah 0,552 juta kilometer) bisa memiliki GNP 1,293 miliar dolar AS.





A.           Faktor Kemunduran
Sufisme sering dikambinghitamkan sebagai sebab kemunduran sains Islam. Dikatakan bahwa gerakan moral spiritual yang dipelopori kaum sufi saat itu telah mengkristal menjadi tarekat-tarekat yang kebanyakan diikuti orang awam. Popularisasi tasawuf dianggap bertanggung jawab melahirkan sufi-sufi palsu (pseudo-sufis) dan menumbuhkan irrasional di masyarakat. Tidak sedikit dari mereka yang lebih tertarik pada aspek mistik supranatural. Obsesi untuk memperoleh kesaktian dan sejenisnya telah menyuburkan berbagai bid’ah, tahyul dan khurafat. Akibatnya, perkembangan iptek disalib oleh ilmu sihir, pedukunan serta aneka pseudo-sains seperti astrologi, primbon dan perjimatan.
David Lindberg menyebutkan bahwa kemunduran sains Islam erat kaitannya dengan oposisi kaum konservatif, krisis ekonomi-politik dan keterasingan. Sains dan saintis pada masa itu sering ditentang dan disudutkan, misalnya dalam kasus pembakaran buku-buku sains dan filsafat di Cordoba. Krisis ekonomi, kekacauan politik dan keterasingan umat Islam memiliki sumbangan signifikan pada kejatuhan sains ini. Kehilangan dukungan pilar-pilar ini membuat perjalanan sains menjadi mandeg, bahkan berhenti.
Di samping faktor-faktor di atas dan faktor lainnya, kemunduran sains Islam jelas di awali dengan kehilangan spirit sains Islam itu sendiri. Para ilmuwan terkemuka zaman keemasan Islam senantiasa mengaitkan setiap aktifitas ilmiahnya dengan ajaran Islam. Mereka mendalami sains tidak semata-mata untuk menjadi saintis, tetapi menjadi hamba Allah yang menjalankan tugas kehambaannya dengan baik. Spirit seperti ini tidak hanya hilang dari saintis, tapi banyak pihak yang terkait dengan kebijakan sains, terutama pemerintah.

B.            Jihad-Sains
Umat Islam mesti banyak berbenah dalam mengejar segala ketertinggalannya dari Barat. Ada beberapa upaya jihad-sains yang harus dilakukan umat Islam untuk memutar kembali roda sejarah ke arah kegemilangan sains Islam.
Pertama, meningkatkan pendidikan sains-teknologi di setiap lembaga pendidikan Islam. Banyak sekolah dan universitas milik umat Islam yang sedikit sekali mengenalkan sains-teknologi. Mereka lebih fokus pada ilmu-ilmu keislaman. Tak satu pun negara Muslim yang memiliki universitas atau pusat riset pengembangan sains-teknologi yang berkelas dunia. Seiring dengan itu, kemampuan berbahasa Inggris juga harus ditingkatkan dengan serius. Saat ini, banyak umat Islam yang mengalami kendala bahasa dalam mengakses literatur sains yang sekitar 80 persen tersimpan dalam bahasa Inggris.
Kedua, menggalakkan penelitian. Sangat disayangkan banyaknya sarjana Muslim penyandang gelar Ph.D dari universitas terkenal Barat yang menjauh dari kegiatan penelitian dan memilih menjadi birokrat. Nature, jurnal ilmiah sangat bergengsi di dunia, mengatakan bahwa prestasi ilmiah negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) sangat jauh terbelakang. Science Citation Index dan Social Sciences Citation Index mencatat jumlah rata-rata publikasi ilmiah 47 negara-negara OKI yang disurvei hanya 13 per satu juta penduduk, sementara rata-rata dunia untuk indeks ini ialah 137. Lebih parah lagi, dari 28 negara dengan produktivitas artikel ilmiah terendah, separuhnya adalah anggota OKI. Gabungan 20 negara Arab hanya menyumbang 0,55 persen dari total karya ilmiah dunia, sementara Israel 0,89 persen, Jerman 7,1 persen, Inggris 7,9 persen, Jepang 8,2 persen dan Amerika 30,8 persen.
Ketiga, memberikan ruang-nafas yang cukup bagi pengembangan sains. Pemahaman yang rigid terhadap al-Qur’an dan Islam secara umum dapat berdampak besar pada kran kebebasan berpikir. Kehilangan kelenturan dalam memahami Islam ini bisa berakibat fatal dengan menganggap bahwa sains sebagai produk budaya Barat yang tidak Islami. Kemajuan bioteknologi seperti genetic engineering, transplantation dan cloning yang sering buru-buru divonis tidak Islami tanpa memahami sisi sainsnya lebih mendalam merupakan produk rigiditas ini.

Hubungan antara Islam dengan sains dan teknologi adalah ibarat isi dan kuku, tidak dapat dipisahkan kerana sama-sama mempunyai peranan dan sumbangan yang penting dalam membina tamadun manusia. Sains dan teknologi membawa kemajuan, kemudahan dan keselesaan, manakala Islam pula memimpin manusia ke arah kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan juga di akhirat.
Gambar 2. 
 Sains wujud daripada perasaan ingin tahu manusia terhadap alam sekelilingnya dan merupakan salah satu cabang utama ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk meningkatkan keimanan. Sungguhpun Islam telah memberikan garis kasar terhadap kaedah dan jawapan kepada banyak persoalan sains, namun ianya masih memerlukan pengkajian yang mendalam untuk membuktikan kebenarannya. Atas sebab inilah maka Islam sangat menuntut umatnya mencari, mengembang dan menguasai ilmu pengetahaun.

A.           PENCAPAIAN DAN REALITI
Sejarah telah membuktikan bahawa suatu masa dahulu, umat Islam adalah umat yang sangat dihormati kerana ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Nama-nama seperti Ibn Sina, Ibn Rush, Al Khawarizmi, Al Biruni adalah di antara tokoh-tokoh yang tidak asing lagi samada di dunia Timur ataupun Barat. Penghormatan yang diterima ini adalah melalui pencapaian mereka di bidang sains dan teknologi serta pegangan yang kukuh terhadap Al Quran dan Hadis.
Sungguhpun umat Islam telah menunjukkan kehebatan yang tiada tandingnya pada masa lampau, tetapi kini suasana yang wujud adalah jauh berbeza. Umat Islam sekarang tidak lagi menguasai bidang sains dan teknologi, sebaliknya ilmu tersebut telah berpindah dan dikuasai oleh masyarakat Barat dan Timur Jauh. Apa yang lebih malang lagi ialah bilamana umat Islam itu sendiri sudah hilang identiti Islamnya dan tidak lagi dihormati.

B.            ANUGERAH AKAL
Islam yang telah diturunkan oleh Allah s.w.t. kepada baginda junjungan nabi Muhammad s.a.w. adalah lengkap dan sempurna serta sesuai dengan fitrah kejadian manusia. Sementara kejadian manusia yang serba indah ini pula dihiasi dengan anugerah akal oleh Allah kepada manusia untuk berfikir.
Oleh itu peranan akal yang telah dianugerahkan ini sangatlah besar. Ianya bukan sahaja dapat digunakan untuk kepentingan mencari ilmu tetapi juga untuk "melihat" kebenaran. Dengan sebab itulah Islam sangat menggalakkan umatnya untuk menggunakan akal demi untuk mencari kebenaran. Di dalam Al Quran banyak ayat-ayat yang diakhiri dengan Allah bertanya kepada manusia seperti, "Tidakkah kamu menggunakan akal" dan "Tidakkah kamu memikirkan".

C.           SAINS DAN TEKNOLOGI
Islam telah menetapkan bahawa setiap perkara itu adalah tertakluk kepada peraturan yang telah ditetapkan oleh Al Quran dan Sunnah Nabinya, dan tidak terkecuali juga ilmu sains dan teknologi. Oleh itu ilmu sains dan teknologi yang diterima oleh Islam adalah ilmu yang dipimpin dan disuluh oleh Nur Ilahi, kerana hanya dengan itu ilmu tersebut tidak akan bersifat menindas dan menganiaya makhluk lain.
Sebenarnya, di dalam Al Quran itu sendiri sudah terkandung ilmu sains dan teknologi yang hanya menunggu untuk dikaji dan dikembangkan oleh mereka yang memahami dan mengamalkannya. Setiap ayat yang terkandung di dalamnya mempunyai maksud dan makna yang tertentu yang perlu digali, diteliti dan direnungi, sebab Al Quran adalah sumber ilmu pengetahuan yang terbesar dan terpenting. Jika tidak mutiara Al Quran itu tidak akan menyerlah dan memancarkan cahayanya untuk menyinari kehidupan umat manusia.
Berdasarkan kepada hakikat inilah maka umat Islam perlu mengambil manfaat daripadanya dengan menggunakan akal fikiran yang dikurniakan oleh Allah untuk menjalankan pengkajian yang bersifat empirikal dan saintifik. Sekiranya ini dapat dilaksanakan, maka tidak syak lagi zaman kegemilangan Islam dapat dikembalikan dan Islam sekali akan menjadi sumber inspirasi kepada kemajuan tamadun dan kekuatan ummah.

D.           KEPENTINGAN ISLAM
Ilmu sains dan teknologi tanpa Islam adalah seperti sebilah pedang di tangan seorang yang mabuk, atau cahaya api di tangan seorang pencuri yang memungkin dia mencuri barang-barang yang terbaik. Atas sebab inilah pemisahan antara Islam dengan sains dan teknologi hanya akan membawa kepada kemusnahan kerana mereka yang menguasai ilmu tanpa pimpinan agama akan dipimpin oleh nafsu haloba.
Oleh itu peranan agama adalah sangat penting dalam memastikan segala ilmu termasuk sains dan teknologi tidak disalahgunakan untuk kepentingan individu ataupun golongan tertentu. Senario dunia masakini juga seolah-olah menuntut umat Islam untuk kembali untuk menguasai ilmu sains dan teknologi sebagai saluran untuk mencapai kemajuan dan pemodenan.

E.            PERANAN UMAT
Sebagai umat Islam yang bijak, agama itu tidak seharusnya dilihat hanya sebagai ibadat ditikar sembahyang sahaja, tetapi ianya perlu dilihat dari perpektif yang lebih luas dan menyeluruh. Hubungan manusia bukan hanya terhad dengan Allah sahaja tetapi juga dengan manusia yang lain dan alam sekelilingnya.
Oleh itu, tanggungjawab-tanggungjawab ini perlulah disempurnakan dengan sebaik-baiknya, kerana Islam bukanlah hanya sekadar slogan untuk dilaungkan tetapi menuntut supaya dilaksanakan. Agama tanpa sokongan sains dan teknologi akan mudah pincang dan meletakkan umatnya dalam keadaan serba lemah dan kekurangan. Oleh itu umat Islam perlulah menjadikan dirinya seorang Muslim yang berilmu dan bertaqwa.
Gabungan ilmu, iman dan taqwa serta akhlak yang mulia adalah faktor yang utama untuk memungkinkan Islam kembali diterima sebagai agama yang universal dan progresif.

No comments: