Sosiologi Komunikasi
Filsafat Sosial
Pada mulanya kajian tentang
komunikasi, apalagi ilmu komunikasi adalah sesuatu yg tidak pernah ada dalam
khazanah ilmu pengetahuan. Ketika pada mulanya semua masalah manusia masih
dalam kajian filsafat, maka komunikasi selain tidak terpikirkan atau belum
dipikirkan oleh manusia (laten fenomena).
Pada saat teori sosilogi sedang
dibangun, minta terhadap ilmu pengetahuan meningkat pesat, hal itu terjadi
tidak saja diperguruan tinggi, namun juga di masyrakat umumnya. Hasil sains
termasuk teknologi mendapat apresiasi yang luar biasa di masyarakat. Walaupun
dikatakan apresiasi itu berkaitan dengan sukses besar sains fisika, bilogi dan
kimia (ritzer, 2004). Perdebatan antara perkembangan sosiologi dan sains pada
saat itu menjadi hal yang penting disinggung dalam bagian awal ini untuk
mendudukkna persoalan bahwa pada awal perkembangan teori sosiologi, sosiologi
dibesarkan oleh minat masyarakat terhadap sains yang menginginkan sosiologi
meniru kesuksesan sains atau karena kesuksesan sains pada saat itu yang
mengalihkan perhatian masyarakat terhadap sosiologi. Rupanya, pada akhirnya
masyarakat kemudian percaya bahwa perkembangan sosiologi disebabkan karena
adanya keunggulan pemikiran yang lebih menyukai sosiologi sebagai sains.
Banyak pengamat yang berpendapat
bahwa perkembangan teori sosiologi dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran abad
pencerahan yang berkembang pada peeriode perkembangan intelektual dan
pembahasan pemikiran filsafat yang luar biasa. Pemikiran manusia yang pada
awalnya menaruh harapan yang besar terhadap mitos (sebelum yunani kuno atau
sebelum 600 SM), logos (yunani kuno atau 600 SM), dogma ( dan kemudian beralih
pada logos (pikiran manusia lagi)
Sosiologi Modern
Persoalan manusia pada akhirnya
diatasi filsafat melalui pendekatan filsafat, melalui pendekatan filsafat
sosial yang kemudian mampu menjawab persoalan-persoalan: liberalisme,
sosialisme, komunalisme dan welfareliberalism, namun untuk menjawab
persoalan-persoalan kemasyarakatan lainnya yang lebih konkret, filsafat sosial
mengalami hambatan metodelogis. Karena itu banyak persoalan masyarakat lainnya
yang lebih kongkret, filsafat sosial mengalami hambatan metodelogis. Karena itu
banyak persoalan masyarakat tidak bisa lagi diatasi filsafat sosial yang sifat
pendekatannya abstrak dan tidak konkret. Masyarakat membutuhkan jalan keluar
dari permasalahan kehidupan mereka yang serba spesifik dan konkret. Dengan
demikian, manusia membutuhkan ilmu pengetahuan yang menjebatani filsafat dan
manusia. Karena itulah lahir sosiologi sebagai jalan keluar untuk membantu
manusia memecahkan persoalan masyarakat.
Orang pertama yang menggunakan
istilah sosiologi adalah auguste comte (1798-1852). Erikson (ritzer,2004: 16)
mengatakan bahwa, menurut Erikson bukanlah penemu sosiologi modern, karena
selain teori sosiologi konservatif banyak dipelajari oleh gurunya Cloude Henri
Saint-Simon(1760-1852), adam smith atau para moralis skotlandia adalah sumber
sebenarnya dari sosiologi modern, Pikiran-pikiran comte juga
dipengaruhi oleh pencerahan dan revolusi, ia juga sangat terpengaruh oleh sains
sehingga pandangan ilmiahnya memperkenalkan “positivisme” atau “filsafat
positif”. Lebih kongkret lai comte mengembangkan fisika sosial yang pada tahun
1839 disebut dengan sosiologi (pickering, 2000 dalam Rizter, 2004: 16).
Penggunaan istilah filsafat sosial, pada mulanya comte bermaksud agar sosiologi
meniru model hard science. Ilmu baru ini memepelajari social statics (
statistika sosial atau struktur sosial) dan social dynamic (dinamika sosial
atau perubahan sosial).
Pikiran-pikiran comte pada waktu itu
didasarkan pada pendekatan teori revolusinya dan hukum tiga tingkatan( Rizter,
2004:17) comte mengatakan ada tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui
kelompok masyarakat, ilmu pengetahuan, individu, atau bahkan pemikiran
masyarakat dan dunia sepanjang. sejarahnya pertama, tahap teologis Yang
menjadikan karakteristik dunia sebelum era 1300. Dalam tahapan ini sistem
gagasan utama menekankan pada keyakinan bahwa kekuatan adikodrati, tokoh agama
dan keteladanan kemanusiaan menjadi dasar segala hal. Dengan demikian, dunia
sosial dan alam fisika adalah ciptaan tuhan. Kedua, tahap metafisika yang
terjadi antara 1300-1800. Era ini ditandai dengan keyakinan bahwa kekuatan
abstraklah yang menerangkan segala sesuatu, bukanlah para dewa. Dengan demikian
pandangan terhadap ciptaan tuhan mengalami degradasi kekuasaan dihadapan
manusia. Ketiga tahun 1800 dunia memasuki tahap positivistik yang
ditandai oleh keyakinan terhadap sains. Manusia mulai cenderung menghentikan
penelitian terhadap kecenderungan penyebab absolut (tuhan atau alam) dan
memusatkan perhatian pada pengamatan terhadap alam fisik dan dunia sosial guna
mengetahui hukum-hukum yang mengaturnya.
Orang lain yang berjasa pada awal
perkembangan sosiologi adalah Emile Durkheim (1858-1917). Karya-karya Durkheim
masih diwariskan oleh pandangan pencerahan pada sains dan reformasi sosial.
Pandangannya tentang faktor-faktor sosial menjadi dasar bagi sosiologi untuk
mengkaji pandangan tentang apa sebenarnya fakta sosial itu. Dalam bukunya yang
berjudul The Rule of Sosiological Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa
tugas sosiologi adalah mempelajari fenomena penting dalam kehidupan manusia
dalam dunianya yaitu fakta-fakta sosial. Ia memendang bahwa fakta sosial adalah
sebagai kekuatan (force) dan struktur yang bersifat eksternal yang memaksa
individu . memlalui karyanya yang lain, yaitu Suicide (1897/1951)
Durkheim mencoba menguji pandangan sosiologisnya tentang hubungan sosial dan
fakta sosialnya (Rizter, 2004:21).
Melalui The Rule of
sociological Method Durkhaim membedakan dua tipe fakta sosial, yaitu
fakta sosial materiil dan fakta sosial nonmateriil (kultur, institusi sosial)
ketimbang membahas fakta sosial materiil (birokrasi, hukum). Walaupun dia membahasnya
secara bersama-sama namun Durkheim lebih banyak menyoroti fakta sosial non
materiil ketimbang fakta sosial materiil.
Dalam hal agama Durkheim
berpandangan bahwa agama adalah salah satu fakta sosial non materiil. Melalui
karyanya yang terakhir, The Elementary Forms of Religious Life (1912/1965),
ia membahas masyarakat primitif untuk menemukan akar agama. Ia yakin akan
menemukan akar agama dengan jalan membandingkan masyarakat primitif yang
sederhana ketimbang mencarinya di dalam masyarakat modern yang kompleks.
Temuannya, bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri.
Lahirnya Sosiologi Komunikasi
Asal mula kajian komunikasi dalam
sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, dimana Marx sendiri
adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran jerman sementara Claude
Henry Saint-Simon, Auguste Comte, dan Emile Durkheim merupakan nama-nama para
ahli sosiologi yang beraliran Perancis.
Sejarah sosiologi komunikasi
menempuh dua jalur. Kajian dan sumbangan pemikiran Auguste Comte, Talcott
Parson dan Robert K. Merton merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi
lahirnya teori-teori komunikasi yang beraliran struktural fungsional. Sedangkan
sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan Habermas menyumbangkan paradigma
konflik bagi lahirnya teori-teori kritis dalam kajian komunikasi.
Sosiologi sejak semula telah menaruh
perhatian pada masalah-masalah yang ada hubungan dengan interaksi sosial antara
seseorang dan orang lainnya. Apa yang disebut oleh Comte dengan ”Social
Dynamic”, kesadaran Kolektif” oleh durkheim dan interaksi Sosial Oleh Marx
serta ”tindakan komunikatif” dan ”teori komunikasi” oleh Habernas adalah awal
mula lahirnya perspektif sosiologi komunikasi. Bahkan melihat kenyataan semacam
itu, maka sebenarnya gagasan-gagasan perspektif sosiologi komunikasi telah ada
bersamaan dengan lahirnya sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif
struktural fungsional maupun dalam perspektif konflik.
Di bawah ini kita bisa lihat aliran
pemikiran dalam paradigma sosiologi komuniksi komunikasi, dimana sosiologi
sendiri sebenarnya telah mengkaji maslah komunikasi secara tidak langsung dalam
teori-teorinya.

Selain apa yang disumbangkan Karl
Marx dan Habermas mengenai teori kritis dalam komunikasi, sumbangan dari
perspektif struktural fungsional dalam sosiologi yang diajarkan oleh Talcott
Parson dalam teori sistem tindakan maupun dalam skema Agil, serta kajian Robert
K. Merton tentang struktur fungsional, struktur sosial dan anomi, merupakan
sumbangan-sumbangan yang amat penting terhadap lahirnya teor-teori komunikasi
di waktu-waktu berikutnya.
Jenis-Jenis
Sosiologi Komunikasi
Komunikasi di dalam masyarakat
dibagi atas 5 jenis:
1.
Komunikasi
individu dengan individu (komuniksi antar pribadi)
2.
Komunikasi
kelompok
3.
Komunikasi
organisasi
4.
Komunikasi
sosial
5.
komunikasi
massa
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi
antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa
medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan percakapan
surat menuyurat pribadi. Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan
sifat-sifat hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator.
Komunikasi kelompok, menfokuskan
pembahasannya kepada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok
kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Bahasan
teoritis meliputi dinamika kelompok, efisiensi dan efektifitas penyampaian
informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan.
Komunikasi organisasi menunjuk pada
pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi.
Komunikasi organisasai melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan
komunikasi kelompok. Pembahasannya meliputi struktur dan dan fungsi organisasi,
hubungan antar manusia manusia, komunikasi dan proses pengorganisasisan, serta
kebudayaan organisasi.
Komunikasi sosial menurut Astrid
adalah salah satu bentuk komunikasi yang lebih intensif, dimana komuniksi
terjadi secara langsung antar komunikator dan komunikan, sehingga situasi
komunikasi berlangsung dua arah dan lebih diarahkan kepada pencapaian suatu
situasi integrasi sosial, melalui kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari
bergbagai masalah yang dibahas. Komunikasi sosial sekaligus suatu proses
sosialisasi dan untuk pencapaian stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan
nilai-nilai lama dan baru yang diagungkan oleg suatu masyarakat melalui
komunikasi soaisl kesadaran masyarakat dipupuk, dibina dan diperluas. Melalui
komunikasi sosial, masalah-masalah sosial dipecahkan melalui konsesus.
No comments:
Post a Comment